17 Nov Gunung Galunggung

Ini adalah destinasi pertama kami selama traveling 16-18 Nov untuk mengexplorasi Gunung & Pantainya Tasik (Galunggung – Pantai Sindangkerta – Pantai Cipatujah – Pantai Karangtawulan).
=========
terima kasih kepada temen seperjalanan : erni, syifa, endro, indah, anis, dini, emyl, risda, alida, merry, dan obby
=========

Hhahhhh…jam 11 mlm…sampai juga akhirnya di rumah lagi (di tempat kost ding…. bukan rumah..!!) dan berakhir pulalah satu lagi weekend hebat… Tanpa hujan – tanpa macet – yg ada hanya udara yg bersih – kabut gunung yg sejuk – sinar matahari yg cerah – laut yg biru sebiru-birunya – ombak yg berdebur2 – pemandangan yg supertakuler…- dan kesenangan dan kesenangan daaaan kesenangan ….

Kali ini menu triping-nya lengkapsss… gunung dan laut… Ceritanya diawali dari gunung dulu kali yaaaa…

Jumat 16 Nov
Sekitar jam 10 malam kami bertemu di ruang tunggu penumpang bis Tasik – terminal Kp. Rambutan. Ternyata yg muncul jadinya ada 12 orang (10 ce dan 2 co) dan seperti biasanya kalo para backpackers ini bertemu maka seketika seluruh area ruang tunggu ini menjadi HEBOH dan serasa seperti milik kami sendiri….para calo yg berniat mengerjai kami malah balik dikerjai…dan menjadi patah arang 😀

Jam 11 mlm bis kami berangkat menuju Singaparna, melewati rute Jkt – Cipularang – Bdg – Garut – Singaparna. Sekitar jam 4 subuh kami tiba di Singaparna , tepat di depan Mesjid Agung Singaparna. Kami berisoma di teras mesjid dan ngeburyam.

Jam 5:30 kami ngangkot menuju Galunggung melewati pedesaan khas sunda yg mana hampir tiap rumahnya memiliki kolam ikan alias balong. Sawah-sawah sudah mulai menghijau kembali setelah sekian bulan kemarau. Matahari pagi tampak mengintip dari celah2 ranting dan daun. Truk-truk besar pengangkut pasir tampak berjejer di beberapa lokasi penambangan pasir volkano.

Jam 6 pagi kami tiba di pos jaga gunung galunggung. Posnya masih terkunci, petugasnya belum datang, yg ada cuma tukang ojek dan tukang warung yg baru saja membuka kembali warungnya. Kamipun menunggu – tentu saja sambil foto2 narsis dalam berbagai gaya dan membuat takjub penonton kami (tukang ojek dan tukang warung).

Tak lama kemudian sang petugas datang. Setelah membayar retribusi dan menitipkan tas di pos, kami pun berojek menuju pos pendakian. Jalan aspalnya kecil be liku-liku dan terus menanjak tentu saja, diperlukan motor yg benar2 prima dan pengendara yg lihai untuk melaluinya.

Sesampainya di pos pendakian ternyata warung2 belum ada yg buka dan kami adalah pengunjung satu-satunya.

Jam 6:55 kami mulai trekking – tidak melewati jalur bertangga beton – melainkan melewati jalan setapak yg ada di samping mushola. Awalnya menanjak cukup terjal, komposisi pasir volkano yg berwarna hitam dan sama sekali tidak mau lengket satu sama lainnya -membuatnya sukar dipijak – tetapi hujan beberapa hari sebelumnya dan embun membuat pasir itu cukup padat di beberapa tempat.

Jalur ini rimbun dinaungi pohon-pohon semak. Lamat-lamat terdengar gemuruh air terjun, ternyata ada air terjun kecil nun jauh ditebing sebelah kanan kami. Semakin ke atas, jalurnya semakin terbuka dan pasir volkano hitam legam tampak dimana-mana.

Jam 7:16 sampailah kami di bibir kawah yg menganga lebaaaaaar… entah brp km diameternya dan entah berapa metrik ton tanah beserta segala isinya terlempar ke udara dan mendarat entah dimana dalam wujud apa – sewaktu letusan maha hebat terjadi (di tahun 1982 , 25 tahun yang lalu).

Di bibir kawah ini juga ada bangunan warung terbuat dari batang2 dan bilah2 kayu, tak ada siapa2 di sini. Di dasar kawah tampak danau berwarna hijau muda, ditengah danau berjejer 2 buah bukit kecil berbentuk kerucut yg tidak sama besar – kami menyebutnya pulau BH atau pulau toket – ups…maaf agak-agak saru…

Nun jauh diujung sana terlihat saluran pipa air yang merambati dinding terjal teruuus..ke atas, ke arah sumber air yg berupa air terjun kecil. Di sisi lain dasar kawah terdapat bangunan mesjid dan 1 buah rumah. Dan di tepi danau terdapat bangunan warung seperti yg ada di atas sini.

Setelah berfoto-foto di bibir kawah, kami memutuskan untuk turun ke dasar. Jalurnya terjal dan cukup sulit dilalui. Danaunya tampak cukup dalam, dan airnya tidak hangat. Dari dasar sini, dapat terlihat jelas saat-saat kabut turun dan menghilangkan danau dari pandangan. Tapi kabut tidak bertahan lama, karena tak lama kemudian matahari muncul dengan sinar hangat keemasannya…. memberikan efek cermin sempurna untuk sang bukit kembar…ehmm..ehem, sangat cantik untuk di foto.

Sewaktu sedang mengagumi hasil jepretan kamera yg diambil secara horizontal (landscape) dan iseng2 dilihat vertical…., ternyata WALLA…ditemukan fenomena menakjubkan dan sedikit membuat merinding dari si bukit kembar beserta bayangannya masing2…., yaitu membentuk sosok pocong hijau yg menyeringai..hiiiii…..

Setelah puas mengexplorasi dasar kawah dan tentu saja berfoto diri sepuas2nya dan segila2nya…, kami pun memulai trekking pulang kami.

Dari Galunggung sini kami akan melanjutkan perjalanan kami ke kec. Cipatujah yg memiliki pantai-pantai yg indah dan masih asli.

——————-> to be continu to pantai sindangkerta