By : Dian Sundari
Tanggal : 20-26 December 2007
Lokasi : Kalimantan Timur
Perjalanan Darat Balikpapan-Berau
Kepulauan Derawan terletak di Laut Sulawesi, pada pesisir Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menghadap ke mulut muara Sungai Kelai dan dikenal dengan Delta Berau. Kepulauan ini terdiri atas enam gugusan pulau besar, yaitu Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau Panjang, Pulau Samama, serta beberapa pulau kecil dan gugusan karang. Terdapat 21 pulau di kepulauan ini. Gugus Kepulauan Derawan hanyalah sebagian kecil dari ratusan pulau di pesisir timur Kaltim yang berjumlah 248 pulau. Dari jumlah itu, 138 pulau belum mempunyai nama, dua pulau di antaranya Sipadan dan Ligitan hilang, menjadi milik Malaysia (Sumber : resep.web.id).
Kepulauan Derawan dapat ditempuh melalui 2 rute
Rute pertama : Balikpapan – Samarinda – Berau – Tanjung Batu – Derawan
Rute kedua : Balikpapan – Samarinda – Tarakan – Tanjung Batu – Derawan
Keduanya bisa menggunakan angkutan darat maupun angkutan udara. Bagi pengunjung dari Jakarta, Anda bisa mengambil penerbangan ke Bandara Sepinggan di ibukota Propinsi Kalimantan Timur – Balikpapan. Dari Balikpapan, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Berau atau ke Tarakan menggunakan pesawat udara kapasitas kecil (kurang lebih 1 jam perjalanan) menggunakan armada dari jasa penerbangan KAL Star, Deraya atau DAS. Jika sudah sampai di Tarakan atau Berau, Anda harus melanjutkan perjalanan via darat, biasanya ada beberapa mobil yang mereka sebut taksi (mobil-mobil seperti Avanza, Xenia, Kijang, dll) yang akan membawa Anda ke Tanjung Batu, disanalah Dermaga ke Kepulauan Derawan berada.
Atau jika Anda memiliki waktu yang cukup luang dan untuk menghemat budget perjalanan, maka Anda bisa mengikuti jalur yang kami tempuh di akhir tahun 2007 lalu, yakni melalui darat via Berau. Kami berempat terbang dari Jakarta menggunakan armada penerbangan Air Asia, berangkat dari Bandara Sukarno-Hatta jam 6 pagi dan tiba 2 jam kemudian di Bandara Sepinggan (Balikpapan). Dari sana kami akan naik bus ke Samarinda, untuk bisa naik bis tujuan Samarinda terlebih dahulu kami harus 2 kali naik angkot. Pertama naik angkot warna hijau tua tujuan Terminal Damai (kurang lebih 30 menit), kemudian naik angkot warna hijau muda tujuan Terminal Batu Ampar (kurang lebih 45 menit). Kami diturunkan di tempat ngetemnya bis-bis tujuan Samarinda. Perjalanan ke Samarinda memakan waktu 2 jam. Bisnya penuh dan ngebut, serta kami cukup lelah akibat perjalanan panjang dan kurang tidur jadi tidak begitu memperhatikan jalanan.
Sekitar tengah hari, kami sampai di Terminal Sei Kunjang (Samarinda). Terminalnya kecil saja, ada beberapa bis besar dan beberapa angkot di sana. Kami makan siang dan beristirahat cukup lama di terminal Sei Kunjang ini. Lalu kami harus naik 1 angkot lagi (kurang lebih 1 jam perjalanan) untuk menuju Terminal Lempake, tempat mangkalnya bis-bis tujuan Berau. Sesampainya di sana, kira-kira jam 3 sore, ternyata kami harus kecewa karena bis terakhir tujuan Berau rupanya sudah penuh. Terpaksa kami harus memakai kendaraan carteran yang memang biasa digunakan penduduk setempat yang tidak kebagian bis umum. Kami berbagi kendaraan dengan 3 penumpang lokal lainnya, sewa per orang adalah sebesar Rp. 175.000, sedangkan jika menggunakan bis tarifnya hanya Rp135.000. Di Terminal Lempake ini banyak yang menawarkan mobil sewaan seperti ini, mobil-mobil yang ditawarkan seperti Avanza, Xenia, Kijang, dll keluaran terbaru dan berkualitas prima, karena beratnya jalur yang akan ditempuh jadi kondisi kendaraan harus benar-benar baik.
Kami memulai perjalanan darat yang sangat panjang dan melelahkan menuju Berau ini kira-kira pada jam 5 sore. Kondisi jalan yang dilalui pada awalnya masih baik hingga melewati Kota Bontang dan Kota Sangata. Setelah itu kondisi jalanan mulai memburuk, sempit dan bolong-bolong, meliuk-liku naik turun bukit dan hutan-hutan yang sudah banyak ditebang. Kami makan malam di Kota Bontang berupa nasi goring berwarna merah karena diberi caos dengan porsi yang diperuntukan bagi kuli pertambangan yang harus makan banayk karena memerlukan tenaga yang besar dalam bekerja.
Gelap gulita menemani perjalan malam kami karena jarangnya rumah penduduk. Sekitar melewati tengah malam, di daerah Wahau, supir kami yang kelelahan menghentikan kendaraan di salah satu warung makan yang sudah sepi walaupun masih buka. Rupanya Pak Supir sudah sangat lelah dan mengantuk dan sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan sehingga berniat untuk beristirahat di sini. Kami pun mau tidak mau harus ikut beristirahat, tiduran diselasar warung makan karena tidak ada penginapan, semalaman dikerubuti nyamuk-nyamuk hutan yang ganas.
Pagihari kami kembali melanjutkan perjalanan. Jalanan semakin kecil dan rusak. Hutan yang kami lalui semakin lebat. Rumah penduduk sudah sangat jarang kami temui. Sinyal seluler sudah hilang timbul. Kami berpapasan dengan truk-truk besar pengangkut batu bara, kayu, dan solar. Dan kami melewati salah satu area penambangan batu bara yang sangat luas. Jalan ini meliuk-liuk di pinggang gunung, dibibir jurang yang sangat dalam yang telah merenggut banyak korban. Kata Pak Supir, baru saja minggu lalu ada sebuah truk yang terjun ke jurang dan supir serta keneknya tidak terselamatkan. Bahkan bangkai mobilnya masih belum di angkat dari dalam jurang karena medan yang sangat sulit.
Di suatu titik di tengah hutan, jalan sudah tidak lagi beraspal. Kami berpapasan dengan bis dari arah Berau menuju Samarinda, suaranya sudah terdengar menderu-deru walaupun bisnya sendiri belum kelihatan. Tiba-tiba bis tersebut muncul dari balik tikungan dengan kecepatan tinggi, menderu-deru melewati kami diatas jalanan tanah yang licin akibat hujan subuh tadi.
Sekitar jam 12 siang kami tiba di Terminal Berau Baru di Kota Tanjung Redeb (Ibukota Kabupaten Berau). Di sini kami akan bergabung dengan 2 teman lainnya yang berangkat menggunakan pesawat dari Balikpapan karena berangkat dari Jakartanya di hari berbeda dengan kami. Terminalnya tentu saja kecil dan sepi. Kami istirahat dan makan siang di terminal ini.
Sungai Berau membelah Kota Tanjung Redeb (Ibukota Kabupaten Berau) ini. Di malam hari sepanjang sisi sungai dipenuhi penjual makanan beraneka ragam. Menjadi tempat gaul yang diminati seluruh lapisan masyarakat, terutama kaum muda.
Selanjutnya kami akan menuju Tanjung Batu, menggunakan taksi selama kurang lebih 3,5 jam (ongkos per orang Rp. 50.000). Dari Tanjung Batu inilah petualangan laut di sekitar Kepulauan Derawan dan Maratua akan kami mulai.
Mengintip Surga Laut Pulau Derawan
Untuk menuju ke Pulau Derawan ada beberapa speedboat dan perahu tradisional yang beroperasi di dermaga ini. Jika menggunakan speedboat waktu tempuh kurang lebih 30 menit, sewanya sekitar Rp.300.000 per perahu sekali jalan (untuk ukuran speedboat kecil). Sedangkan jika menggunakan perahu tradisional akan memakan waktu sekitar 1 jam, sewanya sekitar Rp.150.000 per perahu sekali jalan.
Laut sore itu tampak tenang, langit tampak tenang walupun berawan. Burung-burung laut tampak beterbangan kian kemari, mencari ikan mungkin. Kami berperahu dengan nyaman menuju ke Pulau Derawan. Kami tidak memperoleh pemandangan sunset yang spektakuler karena mendung berawan.
Kami tiba di dermaga Pulau Derawan jam 5:30 sore. Dengan bantuan Bang Iwan (penduduk setempat yang adalah kenalan salah satu teman kami di dunia internet), kami berhasil mendapatkan 2 kamar sederhana di serambi lantai 2 yang menghadap ke laut (Rp.50.000 per kamar per malam, fasilitas 2 single bed). Di dekat pondokan kami terdapat restoran kecil yang juga menyewakan kamar-kamar bagi para tamu. Di Pulau Derawan ini banyak terdapat motel kecil milik penduduk lokal (seperti Danakan, Derawan Lestari III, Derawan Lestari I & II. Penginapan HAMS dan Yogie Mas menyediakan kamar dengan harga sekitar Rp.45.000 sampai Rp.100.000/malam) dan ada juga yang cukup besar, serta ada juga Derawan Dive Resort yang mewah.
Pulau Derawan ini kecil saja. Rumah-rumah penduduk berderet rapi di kedua sisi jalur yang bisa disebut jalan. Rumah-rumahnya sudah berupa rumah tembok modern, tapi ada juga masih separuh rumah kayu. Ada beberapa warung makan. Tidak banyak aktifitas yang bisa dilakukan di malam hari. Di pagi hari kami berjalan-jalan di pantai yang berair sangat jernih. Banyak juga pengunjung yang sudah bermain-main di pantai sepagi ini. Pagi ini masih mendung jadi tidak ada sunrise indah.
Pasirnya putih tapi tidak terlalu lembut. Ombaknya begitu tenang, dan airnya begitu jernih. Di dermaga yang ada di depan Derawan Dive Resort kami terkagum-kagum menikmati pemandangan bawah laut yang jelas terlihat. Kami melihat penyu batik berenang tenang melintasi bawah dermaga, juga manta sting ray kecil, dan si scorpion king. Terumbu karang warna warni terhampar begitu jelas di bawah sana. Ikan-ikan hias berwarna warni bergerombol kesana kemari. Luar biasa pemandangan ini…!!! Kami sudah tidak sabar untuk ber-snorkelling.
Kami menyewa jaket pelampung di Derawan Dive Resort dan segera bersnorkell ke sana kemari di sekitar dermaga. Wowww….luar biasa sekali keanekaragaman hayati di sini. Kamera ampibi saya sibuk memotret sana sini. Tak henti hentinya kami berdecak kagum melihat segala keindahan bawah laut ini. Sayangnya tidak seorangpun diantara kami yang bisa menyelam. Ahhh…kalau saja…..
Puas bersnorkell, kami kembali ke pondokan untuk membersihkan diri dan untuk makan siang. Menunya….seafood tentu saja. Kami juga harus bersiap-siap untuk petualangan selanjutnya di pulau Semama, Sangalaki, Kakaban, Maratua, dan Nebuko. Untuk menjelajahi ke semua pulau itu kami menyewa perahu tradisional kecil seharga Rp.1.500.000 untuk 3 hari 2 malam bertualang. Perahunya kecil saja, ada ruangan kecil untuk menyimpan barang-barang dan untuk beristirahat bergantian. Di bagian belakang perahu ada tempat duduk-duduk yang diberi atap, kami duduk berdempetan didalamnya, salah seorang dari kami harus rela kepanasan karena tempatnya tidak muat untuk kami semua.
Berburu Penyu di Pulau Sangalaki
Kami berperahu selama 3 jam menuju Pulau Sangalaki. Lautan tampak tenang meskipun mendung. Kami mampir sebentar ke Pulau Semama yang tidak berpenghuni, yang saat itu sedang terkena pasang hingga pantai dan pohon-pohonnya terendam air. Ada 1 bangunan tidak terurus di Pulau Semama ini.
Kami tiba di Pulau Sangalaki menjelang malam hari. Pulau Sangalaki ini adalah pusat konservasi penyu. Untuk bisa berkunjung ke sini, terlebih dahulu harus memiliki surat ijin SIMAKSI (Surat Ijin Memasuki Kawasan Konservasi). Kami tidak memiliki SIMAKSI ini jadi kami agak mengalami sedikit kesulitan dan hampir-hampir tidak diijinkan untuk menginap di pulau ini. Untunglah berkat salah satu saudara dari teman kami yang rupanya pejabat tinggi di Kementrian KLH di Jakarta, akhirnya kami diijinkan menginap di salah satu kamar yang ada di balai konservasi. Di Pulau ini juga terdapat 1 bangunan milik Sangalaki Dive Lodge yang cukup besar. Pengelola yang ada di situ mengijinkan kami untuk menggunakan fasilitas kamar mandi dan dapur untuk memasak.
Kebetulan waktu itu sedang ada sekelompok murid SMA yang sedang belajar konservasi jadi suasana cukup ramai. Di malam hari kami mengelilingi pulau untuk mencari penyu yang sedang atau akan bertelur, tapi kami rupanya sedang tidak beruntung. Kami tidak menemukan satu ekor kura-kura pun di sana. Kami hanya menemukan jejak kura-kura yang cukup besar yang rupanya telah kembali ke lautan.
Di pagi hari laut kembali surut hingga hamparan pantai berbatu karang timbul di permukaan , memperlihatkan kerang kerang dan ikan-ikan kecil yang terperangkap dalam kubangan air menunggu kembali dijemput sang pasang. Pada saat-saat seperti ini biasanya digunakan untuk berburu kerang laut yang nikmat, tapi harus berhati-hati terhadap si manta sting ray kecil beracun yang suka bersembunyi mengubur dirinya dengan pasir pantai. Buntutnya yang beracun sangat berbahaya. Kami menemukan beberapa manta sting ray kecil pada saat menaiki perahu kami kembali untuk melanjutkan petualangan kami.
Di beberapa spot di sekitar Pulau Sangalaki, kami kembali bersnorkell. Pemandangan bawah laut di sini pun tak kalah indahnya dengan yang di Pulau Derawan. Saat kecapaian dan lapar karena bersnorkell kami akan naik ke perahu untuk menyantap mie rebus yang dimasak di atas perahu atau menyantap biscuit-biskuit yang kami bawa dari Jakarta. Hilang sudah kepenatan pekerjaan rutin yang biasa membebani kami setiap hari. Di sini kami hanyalah sekelompok petualang bebas.
Bermain Bersama Ubur-ubur Kakaban
Puas bersnorkell di sana sini, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Kakaban. Kami sudah tidak sabar untuk melihat sendiri danau ubur-ubur air tawar yang ada di tengah Pulau Kakaban.
Setibanya di Pulau Kakaban, laut masih surut hingga perahu kami tidak bisa merapat di dermaga kayu yang ada disana. Kami pun segera menceburkan diri ke laut dan sibuk menikmati keindahan pemandangan bawah laut sambil berusaha berenang menuju dermaga. Laut yang surut sangat menyulitkan kami karena terlalu dangkal untuk direnangi tetapi terumbu karang yang terhampar didepan kami sangat tidak mungkin untuk diinjak, apalagi kalau tidak memakai alas kaki. Kami harus pandai-pandai memilih permukaan yang tidak ditumbuhi terumbu karang hidup.
Sesampainya di bawah dermaga kayu, kami segera memanjat ke atas dermaga yang cukup tinggi. Dari dermaga ini terdapat jalan yang terbuat dari papan-papan kayu, menembus hutan hingga ke danau Kakaban. Dan tampaklah di depan kami sebuah danau berair tawar yang sangat penuh dengan ubur-ubur berwarna putih kecoklatan, begitu banyaknya ubur-ubur ini, berenang memantul-mantul dan berkepak-kepak dari bawah ke atas dan sebaliknya. Ubur-ubur yang besar tampak mendekam di dasar danau, yang kecil tampak berenang di permukaan. Menakjubkan…!!!
Awalnya saya merasa ngeri untuk menceburkan diri ke danau yang penuh dengan ubur-ubur itu. Tapi menurut informasi, ubur-ubur ini tidak menyengat seperti ubur-ubur lainnya. Teman-teman saya sudah menceburkan diri dan sibuk bersnorkell mengintip para ubur-ubur, bahkan memegang dan mengangkatnya di atas telapak tangan ke permukaan danau. Tanpa air, ubur-ubur ini jadi seperti kue apem atau kue serabi cokelat, kenyal seperti jeli. Air di danau ini sangat sejuk. Mungkin karena rimbun dinaungi pepohonan.
Menurut beberapa informasi dari internet, katanya ada goa bawah air yang tembus dari danau ini menuju lautan. Tapi informasi ini tidak begitu jelas.
Kami tinggalkan Danau Kakaban dengan berjuta-juta jelly fish di dalamnya, dilanjutkan dengan ber-snorkell di depan dermaga. Di sini terbentuk tebing karang yang sangat curam, ditumbuhi dengan berbagai jenis terumbu karang beraneka warna dan bentuk. Taman bermain yang cantik ini penuh diisi berbagai jenis ikan laut warna warni. Terasa begitu nyaman dan damai mengambang diam diantara ribuan ikan-ikan itu.
Hari sudah semakin siang, bersnorkell membuat perut kami keroncongan. Kami makan mie seduh yang airnya dimasak diatas perahu. Kami benar-benar merasa sudah seperti manusia perahu. Makan dan tidur diatas perahu. Lalu kami melanjutkan berperahu menuju Pulau Maratua.
Bersirobok dengan rombongan penyu
Sore hari kami tiba di perairan sekitar Pulau Maratua yang sedang pasang. Kami mampir sebentar di Maratua Paradise Resort. Dalam perjalanan menuju dermaga Pulau Maratua kami berpapasan dengan serombongan penyu yang sedang bermigrasi. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan. Air laut yang jernih membuat penyu-penyu tersebut terlihat jelas dari atas perahu, penyu-penyu berukuran besar melintas di kiri kanan perahu kami, membuat kami semua histeris karena takjub.
Di dermaga kayu Pulau Maratua, pantainya seperti terlihat kotor dengna banyaknya gelondongan kayu yang terdampar. Katanya kayu-kayu tersebut terbawa arus sungai yang sedang banjir. Anak-anak kecil tampak asyik bermain air, melewatkan waktu di sore hari yang cukup cerah ini. Kami bermalam di Pondok Wisata yang ada di dekat dermaga.
Pulau Maratua ini, kalau di peta terlihat seperti huruf U, kami berada di sisi U yang luar, untuk memutari pulau Maratua menuju sisi U bagian dalam, diperlukan waktu 1 hari berperahu, tapi hanya diperlukan waktu 15 menit berjalan kaki memotong pulau, melintasi perkampungan Maratua.
Pagi hari kami menuju dermaga yang ada disisi U bagian dalam. Tujuan kami selanjutnya adalah Pulau Nabucco, pulau kecil yang ada di ujung kaki si pulau U. Dermaga yang ini membelah hutan bakau. Saat itu langit sangat cerah dan lautpun tampak tenang. Anak-anak tampak bermain-main diatas perahu-perahu kecil. Kami menyewa perahu kecil seharga Rp.100.000 untuk mengantarkan kami ke Nebucco.
Di Pulau Nebucco ini terdapat 1 dive resort. Saat tengah hari laut disekitar Nebucco ini mengalami surut. Hingga hanya tersisa sedikit laut yang masih berair, pulau-pulau karang yang tadinya terendam air bermunculan. Dasar laut yang kini tidak berair berubah menjadi daratan yang luas. Kepiting-kepiting kecil bermunculan dari lubang-lubang persembunyiannya. Saling menyapa dengan sesamanya.
Selamat Berpetualang …..!!!
wah menyenangkan sekali petualangannya. Saya juga pernah ke pulau derawan tahun 2005 yang lalu, kalau pulau2 yang lain masih belum…
bertualang dimana pun memang selalu menyenangkan…:)
being nobody in anywhere
wah keren sekali ceritanya
tahun 2007 …
sekarang 2009
kira2 jalan-jalan sudah mulus gak yach ?
ma kaci banget dah berbabgi cerita
@Irene 🙂
Makasih atas comment nya..:)
Mudah2an sekarang jalanannya sudah lebih beradab heheheeee
tapi klo melintas kalimantan di jalan mulus, kurang berasa kalimantan-nya kali ya..;-p
wah.. didi ngga ajak gw..
hikzzzz…
hmmm, jadi pengen ne kesono
mdh”an aja jalannya lebih baik ‘ lanjutkan y’ iihiihhiiihhi
@devy : wwwah sorry morry dorry ya bowww…. eik’ juga diajakin temen say
@bella : yo iiii…. lanjutkan!!! worthy banget dahhh
klo ada duit n ada waktu (cieee…so sibuk…;-p) gw jg pengen ke sono lagi (2 mingguan lebih seru tuhhhh…. gosong….gosong dah tuh kulit…;-p)
baca & lihat photo2 kab. Berau
Jadi kangen nich sama tmn2 di Berau.
mas, berapa hari di sana?
seru sekali ceritanya!
ya ampun! maap, saya tidak baca tanggal di atas 20-26 desember… hehehe.
Mau ke sana ya ???
temen aku mo ke sana juga tuhhh
Kalau ambil rute “Balikpapan – Samarinda – Tarakan – Tanjung Batu – Derawan”, dari tarakan ke tanjung batu lewat jalur darat atau udara? berapa lama waktunya n perkiraan badgetnya berapa? Trims bgt…
Kayanya klo mo ke tarakan dulu mah via pesawat langsung dari balikpapan, ga perlu ke samarinda dulu 😉
wah pengen banget bisa berlibur ke sana……….kapan yah???
rencana taon depan, mg j kesampaian….^_^ amin
HARUS ke sana say !!!!
HARUSSSSS ;p
wow keren banget, padahal saya sempat tinggal di bontang, dan sama sekali g pernah nginjekin kaki kesana…hehehe…btw, kalo saya dari bontang rute perjalannanya gmn yah…
waduhhh…. rutenya gimana yaa….???
ma’lum cuma sekedar penumpang nihh …;-p
Bontang – Wahau – hutan hutan hutaaannnn – Berau – Tanjung Batu
rute kasarnya gitu kali 😀
dari sana baru nyewa perahu nelayan or speed boat utk ke P Derawan nya
kira-kira dari jakarta bawa uang brapa tuh ya???
itu yg mengelilingi beberapa pulau dengan perahu untuk 3 hari 1.500.000 per org/ per boat…muat untuk brapa org tuh perahu yg ngelilingi brap apulau
pengen bgt ksna
perahu tradisional kecil (kami waktu itu ber-6, trus awak perahunya 2 orang), sewa seharga Rp.1.500.000 untuk 3 hari 2 malam, jelajah 6 pulau (pulau Semama, Sangalaki, Kakaban, Maratua, dan Nebuko).
moga membantu
🙂
sekedar info,, sekrang jalannya sebagian sudah bagus,, khususnya dari blikpapan-samarinda-bontang-sangatta-wahau.. dari wahau seterusnya masih luar biasa hebat…! ,, kebetulan ane kemaren baru dari sana..! yang belom berkunjung buruan dech…..! HOHOHOHO…
wewww… masih sama aja dong “hebatnya” jalanan Wahau-Bearu….:((
dikemanain aja tuhh duit kerukan hasil bumi kalimantan ???
:((
jaga kekayaan indonesia yg indah ini….
setuju dehhh sama kamu….
😀
overall budget selama liburan berapa ya?
thanks infonya 🙂
kira-kira abis 2,5jt all in (itu dulu yaaa…;p)
wuichhh..infonya pas banget nech…
oiya skrg ke berau sudah ada pesawat komersil Batavia Air dr balikpapan
iya, ada Batavia
tahun lalu temenku dapat tiket promo Rp.150rb one way jkt-berau di pameran travel (ITHF)
sekarang lg ada lg tuh pameran, kali aja ada yg murce2 jg 🙂
wah..baru kali ini saya dengar ada pulau derawan..itu pun dari tamu blogger saya..lain kali saya mau kesana ah..hehehe..
ke sana atuhhh…
WAJIB buat yg suka laut heheee
amboi..indah nian..
kapan nih mo ke kepulauan derawan ???
baca perjalanan wisata derawan jadi ingat perjalanan saya 1 thn lalu, seru…asyik
mantab nih reviewnya, saya lagi merencanakan pergi ke sana tahun 2012. saya jadikan referensi..
ok mas panji, met senang-senang di derawan…
tapi hati2 entar kena “kutukan derawan” : setelah snorkling/diving di derawan, nyemplung di laut lainnya bakalan bikin bete !!!
hehehee….
saya juga mau ke pulau Derawan tahun 2012, perkiraan awal bulan Juni. Mau barengan, mas Panji?
Kira2 biaya ke sana untuk thn 2012 lewat rute darat
Balikpapan – Samarinda = Rp. 20.000
Samarinda – Term Lempake = Rp. 10.000
Term Lempake – Tanjung Batu = Rp.150.000
Sisanya tinggal Sewa SpeedBoat aja sekali jalan Rp.250.000
( Patungan doang xixixix )
Penginapah Rp. 50.000 s/d Rp. 100.000
( Patungan lagi hahahaha… =D)
Klo mau keliling sewa perahu Rp.600.000 1 hari kalo rame2 ( Patungan yukks… wakakakaka)
yaaah,, kira2 siapkan bugjet transportasi Rp.1.000.000 utk liburan ala “Ransel” deh…
mau hemat konsumsi bawa mie instan aja… guubraaak!!!
jadi… yuuuk mari kumpul teman2 patungan ke Pulau Derawan..
asal jgn jadi Patung disana yooo…
^_^
asyeekkk…
makasih updetan biaya2nya Jeng Dessy 😀
Catper gw yg lainnya ada di mari:
http://www.djarum-super.com/adventure/adventure-journal/contestant-journal/detail/read/kalimantan-timur-manusia-perahu-kepulauan-derawan/
sila ditengok juga ^_^
Super, ulasannya bikin saya terharu dan hampir nangis… pokoknya saya bertekad mau kesana juga :). Minggu ini saya mau ke kalimantan sendiri, tadinya pengen sendiri ke pulau derawan, berhubung saya perempuan, dan tampaknya jalurnya bahaya, next time aja deh rame2 ya bareng temen :))). Thank u, anyway, foto2nya dikiit bgt disini, ada lagi gak foto2nya? penasaran pgn liat
Halo Nisa… Pulau Derawan ngga menakutkan buat seorang perawan eh perempuan, sendirian or bergerombolan. Ke sana aja, gpp kok suerewerewerr..dehh.. :))
dari samarinda naek taxi2 (mobil pribadi tp disewain buat umum itu lhooo…) 150rb seorang, turun di berau. trus lanjut naxi lg ke tj batu, baru nyebrang (ikut perahu penduduk setempat aja, jd ga nyewa 1 perahu buat sendiri, maharani…:p)
cerita versi lainnya ada di :
http://www.djarum-super.com/adventure/adventure-journal/contestant-journal/detail/read/kalimantan-timur-manusia-perahu-kepulauan-derawan/
16-21 Feb 2012 saya mau jelajah Takabonerate – Selayar – Bira
sendirian…!!! Mau gabung ????
yukkss…yuksss..yuksss…
^_^
Total perjalanan dari Balikpapan ke Derawan butuh berapa lama? Dan biayanya berapa gan?
kira-kira 23 jam 🙂
biaya dah di update sama Jeng Deasy yg comment diatas tuhh..
discroll aja tikusnya keatas heheheee…
Suer keren banget ceritanya….:D
jadi bertekad harus ke sana, mumpung masih di Kaltim 😀
iya dooong… wajib atuhh… :))
dosa besar klo ga mampir sana lhooo… hihihiii
Saya ada rencana ke pulau derawan tanggal 4 – 8 Juni. Ada yang mau barengan?
wawww…asyik tuhh…
Have fun deehh :))
Petualangan ƔάϞƍ luar biasa…
luarbiasa bolong-bolong memang itu jalanannya hikss…
tapi underwaternya luarbiasa mantaff gan
silahkan diintip2 sendiri yaaa.. ^_^
siapa yang mau barengan ke derawan bulan september
informasi yang sangat berguna.. thank u @dians999
sama-sama Mas Shu…(awww…sorry I don’t know how to call you)
thanks if you think that this posting is usefull
glad to help
^_^
and please call me Dian
Mas.., foto-fotonya keren sangat
*_*
ulasan yang sangat lengkap…. benar-benar bisa jadi referensi orang yang ingin kesana.
blogger harus diakui sebagai garda depan promosi pariwisata indonesia
mending baca blog kan daripada beli LP yang mahal and bikinan luar and dah ketinggalan update 3 tahunan
selamat menjelajahi alam dan budaya nusantara
*_*
pengeeennn….
brangkaaaatttssss….
Sudah… Akhirnya…
mana update rute, harga transport & akomodasi nya nihh ??